KOMPAS.com– Makanan yang difermentasi awalnya tak dipandang sebagai asupan bermanfaat bagi kesehatan. Namun pangan, yang diolah dengan cara didiamkan selama beberapa hari atau minggu sebelum dikonsumsi ini, ternyata menjadi sumber kesehatan baru.
Di Amerika, saat ini sayuran yang difermentasi dan minuman kombucha tengah menjadi tren makanan sehat. Kombucha adalah minuman teh berbusa hasil fermentasi yang sudah dikenal lama di China.
Tren ini juga didukung oleh manfaatnya berdasarkan hasil riset. Minggu lalu peneliti dari Cambridge University melaporkan, rutin konsumsi produk susu rendah lemak hasil fermentasi, seperti yoghurt, fromage frais, dan cottage cheese, dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 25 persen selama kurun waktu lebih dari 11 tahun.
Fromage frais adalah keju segar yang lembut terbuat dari susu dan beberapa menggunakan unpasteurized cream. Meski lunak, rasa fromage frais sangat tajam. Sedangkan blue cheese adalah adalah keju berwarna biru akibat pertumbuhan bakteri dan jamur di dalamnya. Blue cheese dibuat dari susu domba dan difermentasi bakteri Penicilium roqueforti.
Dalam proses fermentasi, mikroba mengonsumsi makanan terlebih dulu daripada manusia. Bakteri kemudian mengurai gula, pati, dan menyebabkan nutrisi lebih mudah diserap tubuh. Adanya proses ini bisa dilihat dari banyaknya ragi yang ditemukan pada makanan fermentasi.
Beberapa bakteri fermentasi melepaskan asam laktat dan pengawet alami, yang menyebabkan lingkungan pencernaan menjadi asam. Kondisi asam ini memicu pertumbuhan bakteri baik. Selain itu makanan fermentasi juga menjadi suplemen probiotik alami yang bekerja efektif di tubuh.
Peran bakteri dalam saluran pencernaan mendapat banyak perhatian. Peran ini menyebabkan konsumsi fermentasi yang kaya bakteri baik menjadi sangat dikenal dunia.
“Sekitar 70-80 persen faktor penentu daya tahan tubuh ada dalam pencernaan. Makanan fermentasi merangsang pertumbuhan bakteri yang menentukan imunitas tubuh. Sehingga makanan fermentasi sangat bermanfaat bagi yang mengalami batuk dan merasa kedinginan. Makana kaya probiotik ini juga mengontrol gejala seperti gangguan usus besar dan kembung,” kata Alison Clark dari British Dietetic Association.
Hal senada dikatakan penulis tentang pangan, Michael Pollan, yang mendukung makanan fermentasi. Pollan mengatakan, jumlah bakteri dalam tubuh manusia lebih banyak dibanding sel.
“Banyak ahli kesehatan menganggap bakteri adalah musuh. Padahal 99,9 tidak merugikan dan menguntungkan manusia,” kata Pollan.
Pollan dan Clark merekomendasikan variasi makanan fermentasi lainnya seperti zaitun, daging, dan keju. Makanan tersebut dapat merangsang imunitas, melawan alergi, dan membantu menurunkan berat badan karena membantu perut terus merasa kenyang.
Namun dari asupan tersebut sebaiknya dipilih yang mengandung banyak bakteri lactobacillus. Lactobacillus melepaskan asam laktat pada proses fermentasi, yang memberi banyak manfaat pada tubuh.
Riset yang dipublikasikan dalam Critical Reviews in Microbiology pada 2011 mengatakan, asam laktat bisa meningkatkan sistem imun, mencegah diare, maag, dan mengurangi alergi.
Sumber Kompas
Di Amerika, saat ini sayuran yang difermentasi dan minuman kombucha tengah menjadi tren makanan sehat. Kombucha adalah minuman teh berbusa hasil fermentasi yang sudah dikenal lama di China.
Tren ini juga didukung oleh manfaatnya berdasarkan hasil riset. Minggu lalu peneliti dari Cambridge University melaporkan, rutin konsumsi produk susu rendah lemak hasil fermentasi, seperti yoghurt, fromage frais, dan cottage cheese, dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 25 persen selama kurun waktu lebih dari 11 tahun.
Fromage frais adalah keju segar yang lembut terbuat dari susu dan beberapa menggunakan unpasteurized cream. Meski lunak, rasa fromage frais sangat tajam. Sedangkan blue cheese adalah adalah keju berwarna biru akibat pertumbuhan bakteri dan jamur di dalamnya. Blue cheese dibuat dari susu domba dan difermentasi bakteri Penicilium roqueforti.
Dalam proses fermentasi, mikroba mengonsumsi makanan terlebih dulu daripada manusia. Bakteri kemudian mengurai gula, pati, dan menyebabkan nutrisi lebih mudah diserap tubuh. Adanya proses ini bisa dilihat dari banyaknya ragi yang ditemukan pada makanan fermentasi.
Beberapa bakteri fermentasi melepaskan asam laktat dan pengawet alami, yang menyebabkan lingkungan pencernaan menjadi asam. Kondisi asam ini memicu pertumbuhan bakteri baik. Selain itu makanan fermentasi juga menjadi suplemen probiotik alami yang bekerja efektif di tubuh.
Peran bakteri dalam saluran pencernaan mendapat banyak perhatian. Peran ini menyebabkan konsumsi fermentasi yang kaya bakteri baik menjadi sangat dikenal dunia.
“Sekitar 70-80 persen faktor penentu daya tahan tubuh ada dalam pencernaan. Makanan fermentasi merangsang pertumbuhan bakteri yang menentukan imunitas tubuh. Sehingga makanan fermentasi sangat bermanfaat bagi yang mengalami batuk dan merasa kedinginan. Makana kaya probiotik ini juga mengontrol gejala seperti gangguan usus besar dan kembung,” kata Alison Clark dari British Dietetic Association.
Hal senada dikatakan penulis tentang pangan, Michael Pollan, yang mendukung makanan fermentasi. Pollan mengatakan, jumlah bakteri dalam tubuh manusia lebih banyak dibanding sel.
“Banyak ahli kesehatan menganggap bakteri adalah musuh. Padahal 99,9 tidak merugikan dan menguntungkan manusia,” kata Pollan.
Pollan dan Clark merekomendasikan variasi makanan fermentasi lainnya seperti zaitun, daging, dan keju. Makanan tersebut dapat merangsang imunitas, melawan alergi, dan membantu menurunkan berat badan karena membantu perut terus merasa kenyang.
Namun dari asupan tersebut sebaiknya dipilih yang mengandung banyak bakteri lactobacillus. Lactobacillus melepaskan asam laktat pada proses fermentasi, yang memberi banyak manfaat pada tubuh.
Riset yang dipublikasikan dalam Critical Reviews in Microbiology pada 2011 mengatakan, asam laktat bisa meningkatkan sistem imun, mencegah diare, maag, dan mengurangi alergi.
Sumber Kompas
0 Response to "Makanan dan Minuman Fermentasi, Cegah Diabetes dan Baik untuk Imunitas"
Post a Comment